Minggu, 30 Agustus 2009

Penelitian Tindakan Kelas

MENINGKATKAN MOTIVASI
DAN HASIL BELAJAR SISWA
MELALUI
JOYFUL LEARNING
BERBASIS
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

DISUSUN OLEH
UUD HUDAYA,S.Pd
GURU MATEMATIKA SMAN 2 PELEPAT ILIR
KABUPATEN BUNGO-PROVINSI JAMBI












AGUSTUS 2009




ii

HALAMAN PENGESAHAN

Dengan ini :

Nama : Triyono,S.Pd
Tempat/Tanggal Lahir : Sukoharjo,13 Januari 1967
NIP : 196701131990031006
Jabatan : Kepala SMAN 2 Pelepat Ilir
Kabupaten Bungo,Provinsi Jambi,
Mensahkan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul :

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI
JOYFUL LEARNING BERBASIS TIK


Hasil penelitian dari :

Nama : Uud Hudaya,S.Pd
Tempat/Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 8 Oktober 1969
NIP : 196910081992011001
Jabatan : Guru Matematika SMAN 2 Pelepat Ilir
Kabupaten Bungo,Provinsi Jambi.

Demikian keterangan pengesahan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.



Lingga Kuamang, 10 Agustus 2009
Kepala SMAN 2 Pelepat Ilir




Triyono,S.Pd
NIP .196701131990031006







iii

KATA PENGANTAR

Puji dan sukur saya panjatkan ke HadiratNya, karena berkat rahmatnya penulisan laporan penelitian ini dapat diselesaikan tepat waktu.

Penelitian yang dilaporkan ini berjudul MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI JOYFUL LEARNING BERBASIS TIK

Penelitian ini menggambarkan dan menganalisis implementasi Joyful Learning pada
Pembelajaran Matematika di Kelas XI SMAN 2 Pelepat Ilir dalam kaitannnya dengan
Peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa.
Hasil penelitian ini mudah-mudahan dapat dimanfaatkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan professional, dan kapabilitasnya dalam pembelajaran dan penguasaan teknologi informasi dalam menciptakan gairah belajar siswa dan peningkatan
hasil belajarnya.
Penelitian ini khusus dilaksanakan dalam rangka berpartisipasi dalam Lomba Keberhasilan Guru Mengajar Tingkat Nasional Tahun 2009.
Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada semua pihak yang turut membantu selama proses penelitian dan penulisan penelitian ini, terutama kepada :
Bpk. Triyono,S.Pd, Kepala SMAN 2 Pelepat Ilir, yang banyak mendorong dan mendukung keikut sertaan peneliti pada Lomba Keberhasilan Guru Mengajar ini;
Eko Setyowati,S.Pd, istri penulis yang telah dengan sabar membantu baik selama proses penelitian maupun selama proses penulisan laporan penelitian.
Anak-anak penulis Arif Budi Kusuma dan Mardiah Kusuma Ningrum yang ikut repot membantu penulisan.
Rekan Guru yang telah direpotkan dengan diskusi dan konsultasi penulis.
Siswa-siswi SMAN 2 Pelepat Ilir, yang mendukung penuh kegiatan penelitian
dengan antusiasme yang tinggi.
Akhirnya, mudah-mudahan laporan penelitian ini dapat bermanfaat, dan saran serta kritik untuk kesempurnaan laporan penelitian ini sangat saya harapkan.



Lingga Kuamang, 10 Agustus 2009
Penyusun Laporan,






Uud Hudaya,S.Pd
NIP. 196910081992011001

iv

DAFTAR ISI
Halaman Judul …………………………………………………………………… i Halaman Pengesahan ……………………………………………………………...ii
Kata Pengantar …………………………………………………………………….iii
Daftar Isi …………………………………………………………………………..iv
Abstrak ……………………………………………………………………………v
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………1
B. Perumusan Masalah ……………………………………………...3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………………..3
D. Kajian Teoritis/Tinjauan Pustaka…………………………………4
BAB II : Metodologi Penelitian
A. Metode Penelitian………………………………………………..12
B. Subjek Penelitian………………………………………………...13
C. Teknik Pengumpulan Data………………………………………14
D. Validasi Instrumen Penelitian……………………………………14
E. Teknis Analisis Data……………………………………………..14
BAB III : Laporan Hasil Penelitian
A. Hasil Penelitian…………………………………………………..15
B. Analisis Hasil Penelitian…………………………………………38
BAB IV : Kesimpulan Dan Saran
A. Kesimpulan……………………………………………………….46
B. Saran……………………………………………………………...46
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………vi
LAMPIRAN-LAMPIRAN
· Angket Penelitian……………………………………………………….vii
· Biodata Peneliti…………………………………………………………viii
· Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) no. 01 …………………….ix
· Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) no. 02 …………………….x
· Instrument uji Kompetensi …………………………………………….xi
· Foto Kegiatan Pembelajaran …………………………………………..xii
· Surat Penyataan peneliti……………………………………………….xiii
· Bukti fisik Pengalaman Mengajar(fotocopy SK CPNS)








v

ABSTRAK

Pembelajaran Matematika di kelas memiliki permasalahan yang kronis yaitu berupa
rendahnya minat belajar siswa dan masih belum optimalnya target hasil belajar sesuai
kriteria dan standar , baik untuk tingkat satuan pendidikan maupun tingkat nasional.
Berdasar pada permasalahan tersebut, maka guru sebagai pengelola pembelajaran ditantang untuk mencari inovasi dan atau mengadopsi model pembelajaran mutakhir yang relatif dapat membantu untuk meminimalisir permasalahan pembelajaran tersebut.

Joyful Learning adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif model pembelajaran. Joyful Learning, adalah konsep yang secara teoritik lebih mudah dipelajari dan diaplikasikan karena memiliki landasan dan dasar teori yang sederhana. Joyful learning adalah model yang lahir dari permasalahan lapangan, tentang bagaimana mengemas pembelajaran yang menyenangkan, enjoyable, sehingga dapat meningkatkan motivasi dan secara linier diharapkan dapat meningkatkan daya serap siswa dalam proses pembelajaran. Model- model pembelajaran yang lain dirasa terlalu teoritik, kurang memberi ruang kepada guru untuk mengadakan improvisasi dan inovasi
insidentil yang berhubungan dengan relevansi model tersebut dengan kondisi siswa dan lingkungan belajarnya.

Joyful learning yang dimaksud pada hasil penelitian ini, secara sederhana mengkolaborasikan unsur musikal, sajian multimedia yang kaya warna dan irama,penciptaan lingkungan kelas yang dirasakan siswa sebagai rumahnya, dengan pembawaan guru yang menghargai setiap hasil dan usaha siswa dalam pembelajarannnya, baik hasil yang sesuai harapan, atau yang masih belum sesuai harapan. Ketegangan yang mewarnai setiap pembelajaran Matematika konvensional sejauh mungkin ditiadakan sama sekali, karena hal itulah yang membuat kinerja otak, potensi psikologis siswa tertekan dan tergangggu yang secara potensial menghambat aktualisasai diri siswa dalam meraih tujuan pembelajarannya.
Tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini adalah, untuk mendeskripsikan bagaimana implementasi Joyful Learning pada Pokok Bahasan Statistik dan Statistika
Di kelas Xi IPa dan IPS, dapat meningkatkan minat, gairah,dan kepuasan belajar siswa. Juga menggambarkan bahwa Joyful Learning telah secara gemilang meningkatkan hasil belajar siswa dengan hasil yang memuaskan.
Pembelajaran Joyful Learning yang telah dilaksanakan dari pertengahan Bulan Juni sampai dengan pertengahan Agustus 2009 ini di SMAN 2 Pelepat Ilir, menghasilkan :

-Analisis dari hasil rekapitulasi hasil angket adalah sebagai berikut :

1. 73 % siswa sangat setuju dan 24 % setuju dengan pembelajaran Matematika dengan iringan musik;
2. 79 % siswa sangat setuju dan 15 % setuju pembelajaran Matematika dengan media Laptop dan Infocus / LCD
3. 64 % siswa sangat setuju dan 26 % setuju Pembelajaran Matematika dengan Slide program Power Point yang sarat dengan background warna , foto,dan gambar yang menarik dan colourful
4. 68 % siswa sangat setuju dan 29 % setuju dengan iringan musik dan lagu pada saat siswa mengerjakan latihan dan soal-soal serta pada saat siswa mencatat;
5. 59 % siswa sangat setuju dan 32 % setuju dengan selingan humor
pada pembelajaran Matematika
6. 45 % siswa sangat setuju dan 44 % setuju dengan penampilan
Guru sekarang ( yang menerapkan joyful learning )
7. 61 % siswa sangat setuju dan 33 % setuju bahwa pembelajaran Matematika sekarang ( saat implementasi Joyful learning)

Lebih menyenangkan dari tahun lalu.
8. 53 % siswa sangat setuju dan 33 % setuju bahwa Joyful learning
membuat siswa lebih antusias dan senang belajar matematika
9. 59 % siswa sangat setuju dan 37 % setuju bahwa penerapan
Joyful learning membuat siswa lebih mudah memahami konsep
Matematika
10. 65 % siswa sangat setuju dan 28 % setuju bahwa penerapan
Joyful learning tidak menegangkan dan lebih membuat mereka
nyaman dalam belajar.

Pembelajaran Joyful Learning terbukti dapat mempertahankan ketuntasan belajar
sebesar 89,6 % dan dengan Nilai rata-rata 82,2, atau peningkatan hasil belajar :

1. Peningkatan jumlah siswa tuntas sebesar 89,6 % - 35 % = 54,6 %
2. Peningkatan nilai rata-rata ulangan sebesar 60,2 %;
Dibandingkan dengan hasil Ulangan pada tahun sebelumnya.













1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemutahiran dan inovasi pembelajaran sudah menjadi tuntutan lapangan pendidikan dan regulasi dunia pendidikan. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
RI Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah huruf B,Poin 5(c) tentang program pembelajaran nomor 7, tertulis :
Setiap guru bertanggung jawab terhadap kegiatan pembelajaran untuk setiap mata pelejaran yang diampunya dengan cara :
a. Merujuk perkembangan metode pembelajaran mutahir;
b. Menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi ,inovatif, dan tepat untuk
mencapai tujuan pembelajaran;
c. Menggunakan fasilitas, peralatan, dan alat bantu yang tersedia secara efektif dan
efisien;
d. Memperhatikan sifat alamiah kurikulum, kemampuan peserta didik, dan pengalaman
belajar sebelumnya yang bervariasi serta kebutuhan khusus bagi peserta didik dari
yang mampu belajar dengan cepat sampai yang lambat;
e. Memperkaya kegiatan pembelajaran melalui lintas kurikulum, hasil-hasil penelitian
dan penerapannya.
Dengan merujuk pada Permen Diknas tersebut maka guru sebagai pengelola pembelajaran di kelas untuk mata pelajaran yang diampunya, dituntut untuk mencari terobosan dan inovasi pembelajaran ,serta memperkaya proses pembelajarannya dengan
alat bantu atau model yang kesemuanya secara kondusif dapat mengoptimalkan tercapainya tujuan pembelajaran.
Pembelajaran Matematika menghadapi tantangan tersendiri yang lebih memiliki permasalahan yang rumit dan besar. Pembelajaran Matematika terkesan menjadi momok yang menakutkan . Permasalahan tersebut diperparah dengan asumsi yang salah bahwa Matematika adalah pelajaran yang sulit.
Melalui kompetensi pedagogis dan profesional yang memang harus melekat pada seorang guru, tidak terkecuali guru Matematika, permasalahan klasik namun rumit tersebut dalam dikurangi atau dihilanghkan dengan mengambil dan atau menemukan inovasi pembelajaran yang andal dan teruji.

Matematika masih merupakan salah satu bidang studi yang sulit dan anggapan bahwa Matematika tidak disenangi atau bahkan dibenci, masih melekat pada kebanyakan siswa ( Rusefendi,Dasar-Dasar Matematika Modern untuk Guru,1994).

Matematika dapat dikemas melalui pendekatan pembelajaran tertentu sehingga terkesan lebih mudah, familiar,dan mengasikan . Hal tersebut dapat dicapai apabila guru
memahamu hambatan-hambatan psikologis belajar, yang diantaranya adalah ketegangan dan ketidaknyamanan.

2
Melalui pembelajaran yang ‘fun’,’ enjoyable’ , dan penciptaan situasi kelas yang familiar dengan gaya belajar siswa di rumah, maka pembelajaran Matematika dapat mengasikan, santai,’ joyful ‘ , dengan tidak mengesampingkan target kurikulum dan target hasil belajar siswa. Melalui Joyful Learning tersebut, pembelajar akan merasa nyaman dan enak dalam menerima dan memproses semua informasi ,bahkan yang sesulit Matematika pun,
sehingga dengan akseptabilititas tersebut, tujuan pembelajaran yang diharapkan guru dapat lebih tercapai. Secara gamblang, Joyful learning memberi motto belajar:
“Belajarlah dengan gayamu, berprestasilah sesuai targetku” yang berarti mentolerir kebiasaan dan kesukaan, dan kenyamanan yang siswa inginkan, dengan target yang diinginkan oleh kurikulum/ guru.
“Joyful Learning” adalah satu langkah awal yang secara mutualistik menguntungkan guru dan siswa sebagai pembelajar, karena secara alamiah semua manusia membutuhkan kenyamanan dan kesenangan, termasuk pada proses pembelajaran. Joyful Learning pun dapat dijadikan satu langkah dari sebuah sukses besar,dari keberhasilan proses pembelajaran khususnya dan keberhasilan pendidikan pada umumnya.
Pembelajaran dengan pendekatan konvensional dan tradisional pada pembelajaran Matematika sudah terbukti kurang menyentuh hampir semua aspek kecerdasan dari siswa sesuai teori kognitif Bloom : kognitif dan afektif siswa. Hasil belajar yang menyedihkan dan minat serta gairah belajar siswa untuk mempelajarai Matematika cukup memprihatinkan, sudah cukup sebagai indikator negatif dari keberhasilan dalam pembelajaran Matematika. Dalam hal ini, guru sesuai dengan kompetensinya disudutkan pada suatu permasalahan yang menuntutnya untuk mencari, belajar dan mencoba inovasi pembelajaran, baik dari temuan kasus atau dari terapan hasil penelitian yang telah teruji, untuk mengubah dunia pembelajaran Matematika menjadi dunia yang lebih cerah, prospektus, dan enjoyable.
Banyak model dan strategi pembelajaran yang ditawarkan untuk diterapkan pada pembelajaran Matematika. Joyful Learning adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang bisa dicoba untuk diimplimentasikan pada pengelolaan pembelajaran matematika di kelas.
Penerapan Joyful learning dijadikan pilihan dalam penelitian di SMAN 2 Pelepat Ilir
dengan pertimbangan :

1. Selama ini di SMAN 2 Pelepat Ilir, pendekatan pembelajaran masih menerapkan
pendekatan tradisional dan konvensional, yang berkisar pada model pembelajaran
ceramah, inkuiri, tanpa berbantuan multimedia dan perangkat teknilogi informasi
.
2. Dirasa perlu untuk mengintroduksi pembelajaran yang fun, enjoyable, yang membuat
baik siswa atau guru merasa nyaman dalam proses pembelajaran sehingga
pembelajaran dapat dilaksanakan tanpa stress, tekanan, kekakuan, dan dapat bertahan
berjam-jam larut dalam pembelajaran yang penuh cita rasa dan warna.

3. Optimalisasi pemanfaatan sarana pembelajaran , terutama yang berbasis TIK dalam
pembelajaran untuk mengimbangi dan menguasai teknologi dalam pembelajaran.

3
B. RUMUSAN MASALAH

Permasalahan pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah Implementasi Joyful learning pada pembelajaran Matematika Kelas XI
di SMAN 2 Pelepat Ilir ?

2. Bagaimana implementasi Joyful learning pada pembelajaran Matematika Kelas XI
di SMAN 2 Pelepat Ilir dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa ?






C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana penerapan Joyful Learning pada pembelajaran Matematika pada pokok bahasan Statistik dan Statistika kelas XI SMA dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi :

1) Guru, untuk mencoba pendekatan baru, yaitu pembelajaran yang menyenangkan
( joyful learning) berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang
memungkinkan baik guru dan siswa lebih menyenangkan dalam proses
pembelajaran dengan tidak mengesampingkan kualitas hasil belajar.

2) Pengelola satuan Pendidikan untuk menjadikan Joyful Learning sebagai salah satu model unggulan pengelolaan kelas di sekolah,untuk meningkatkan cita rasa dan kualitas belajar siswa di sekolahnya. Juga sebagai pertimbangan dalam
pengambilan keputusan pada pengadaan dan setting sarana/ prasarana kelas dan
sekolah yang kondusif mendukung pembelajaran yang joyful.

3) Siswa, untuk memberi pandangan baru bahwa matematika melalui kemasan “Joyful Learning” dapat dipelajari lebih familiar, nyaman dan menyenangkan.

4) Dunia Kesehatan, terutama Gerakan Jantung Sehat, karena model pembelajaran
Joyful learning menganut nihilitas pada ketegangan, tekanan dan kemarahan,
yang membuat jantung , dan tensi darah normal sehingga angka kematian guru
dan siswa karena serangan jantung bisa diminimalisir.




4

D. KAJIAN TEORITIS / KAJIAN PUSTAKA

1. Model/ Pendekatan Pembelajaran

Dalam Makalah I Wayan Santyasa, yang berjudul Model-model Pembelajaran Inovatif, dikutip Definisi Model Pembelajaran dari Gunter:
An intructional model is a step by step procedure that lead to specific outcome
Joyce dan Weil mendefinisikan model pembelajaran sebagai :
Kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran.Selanjutnya Joyce an Weil menyebutkan lima unsur dalam model pembelajaran yaitu :

1. Sintax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran;
2. Social System, yaitu suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran;
3. Principle of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang,
memperlakukan, dan merespon siswa;
4. Support System, yaitu segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang
mendukung pembelajaran;
5. Instruction and nurturant affect, yaitu hasil belajar yang diperoleh langsung
berdasarkan tujuan yang disasar
( www. Freewebs.com/Santyasa/pdf2/ model pembelajaran inovatif/22/6/20009)

Akhmad Sudrajat, dalam Makalah Pembelajaran Interaktif, menyebutkan beberapa model pembelajaran sebagai berikut :
1. Examples to non examples
2. Picture and Picture
3. Number Head Together
4. Cooperative Script
5. Kepala Bernomor Struktur
6. Student Team Achievment Division ( STAD )
7. Jigsaw
8. Problem Based Instruction ( PBI )
9. Artikulasi
10. Mind Mapping
11. Make A Match
12. Think Pair and Share
13. Debat
( Akhmad Sudrajat wordpress.com/2008/model pembelajaran interaktif/ 22/6/2009)






5
2. Joyful Learning

Secara Akademisi, teori mengenai Joyful learning belum menjadi kurikulum
sekolah keguruan, dan tidak ada pada teks book perguruan tinggi keguruan. Joyful
Learning didapat dari lapangan, bukan kampus, melalui buku dan artikel, berdasar
pada upaya pemecahan masalah pendidikan dengan cara yang multidisiplin dan
Multimodel. Teori terdekat dari Joyful learning adalah Pendekatan Quantum
Learning, yang dirintis oleh Bobbi De Porter dan kawan-kawan , yang adalah
asalnya bukan ahli pendidikan. Dengan inspirasi dari Dr. Lozanov, teori Quantum
Learning dengan Super Camp sebagai laboratoriumnya, menempati tempat yang
kuat dan berpengaruh, sebagai terobosan yang radikal mendobrak tradisi praktik
pendidikan dan paradigma pendidikan .
Kajian Regulasi Pendidikan menyebutkan pembelajaran joyful terdapat pada
Standar proses pendidikan :

Proses Pembelajaran interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan, fisik dan psikologi peserta didik ( Standar Proses, Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 ).


Berikut adalah cuplikan teoritik dari eksistensi joyful learning melalui kajian
kepustakaan, sebagai berikut :

Learning can and should be fun. This is not just a moral position, but a scientific
One too. When tou learn a new thing, or get a surprise there is ashot of a chemical
Messenger in your brain called dopamine. Dopamine is famous among
Neoroscrentist for its involvement in the reward and motivation system of the brain.
( www.mindhack.com/blog/2009/10/learning shoul be fun).

Pembelajaran yang efektif seyogyanya menggunakan berbagai macam pendekatan yang dapat menyenangkan dan menarik perhatian siswa. Tujuan utamanya adalah membantu siswa untuk belajar dengan senang hati sehingga belajar itu merupakan hal yang menyenangkan, bukan beban (Sri Hayati, Pendekatan Joyful Learning Dalam Pembelajaran PLH, hal.2, Buletin Pelangi Pendidikan, volume 6 no.1 tahun 2003).

Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarlah dunia kita ke dunia mereka mengingatkan kita pada pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah pertama untuk mendapatkan hak mengajar, pertama-tama anda harus membangun jembatan autentik memasuki kehidupan murid (Bobbi De Porter,al al, Quantum Teaching, tahun 2002).



6
Dr. George Lozanov, yang teknik-teknik percepatan belajar menjadi fondasi bagi Super Camp, mencari cara untuk mengkombinasikan pekerjaan mental yang menekan fisiologi relaks yang melahirkan pelajar-pelajar yang istimewa. Setelah suatu percobaan intensif dengan para siswa, ia mendapatkan bahwa musik adalah kuncinya. Relaksasi yang diiringi musik membuat pikiran selalu siap dan mampu berkonsentrasi. (Bobbi De Porter and Mike Hernacki, Quantum Learning, tahun 2002, hal.72).

Karena belajar berkonotasi pada aktivitas siswa, sedangkan aktivitas individu dapat dipengaruhi oleh kondisi emosional, maka sepantasnya suasana pembelajaran yang kondusif dalam keadaan nyaman dan menyenangkan, inilah tugas seorang guru sebagai pendidik. Dengan suasana yang kondusif maka muncullah motivasi dan
kreativitas. Kondisi inilah cikal bakal aktifitas belajar sebagai indicator tersebut diatas. (Erman Suherman, Hakekat Pembelajaran, http// educare-e-fkipunla.net.).

Pembelajaran akan bermakna jika si pembelajar dapat secara aktif berinteraksi dengan lingkungan, manipulasi objek-objek tersebut. Menganalisis pembelajaran menyenangkan tepat sekali dilaksanakan pada semua jenjang pendidikan hal ini terdapat beberapa keunggulan yang sangat berpengruh pada siswa diantaranya ialah ; siswa semakin kreatif, dewasa, penuh nuansa berfikir kritis serta memiliki tanggung jawab yang tinggi.

Untuk mensinergikan hal tersebut akan kite perkenalkan cirri-ciri pembelajaran menyenangkan yaitu ;
· menciptakan lingkunggan yang releks, menyenangkan, tak membuat stress, aman, menarik, dan ragu melakukan kesalahan.
· Menjamin bahwa bahan pembelajaran dan metode relaven, anda ingin belajar ketika anda melihat manfaat dan pentingnya bahan pembelajaran.
· Melibatkan secara sadar semua indra dan juga pikiran otak kiri dan kanan.
· Menantang bagi peserta didik untuk berfikir jauh kedepan dan mangeksplorasi apa yang sedang dipelajari dengan kecerdasan yang relaven untuk memahami bahan pembelajaran di kelas.
· Mengkonsulidasikan bahan yang sedang dipelajari dengan meninjau ulang dalam epriode-periode yang relaks.
· Menjamin bahwa belajar secara emosional adalah positif, yang pada umumnya hal itu terjadi ketika belajar dilakukan bersama dengan orang lain, ketika ada humor dan dorongan semangat dan waktu rehat, jeda teratur dan dukungan antusias.

Menganalisis kembali dari konsep diatas sipenulis berpendapat bahwa mamang pembelajaran menyenangkan sangat diharapkan oleh peserta didik agar mereka dalam belajar semakin semangat dan keakraban dengan guru semakin bagus serta siswa menjadikan guru sebagai partner. (Abdul Hamid).


7
Pembelajaran yang menyenangkan bukan semata-mata pembelajaran yang mengharuskan anak-anak untuk tertawa terbahak-bahak, melainkan sebuah pembelajaran yang di dalamnya terdapat kohesi yang kuat antara guru dan murid dalam suasana yang sama sekali tidak ada tekanan. Yang ada hanyalah jalinan komunikasi yang saling mendukung. Pembelajaran yang membebaskan , menurut teori Paulo Fraire, adalah pembelajaran yang di dalamnya tidak ada tekanan , baik tekanan fisik maupun tekanan psikologis. Sebab tekanan apa pun namanya hanya akan mengerdilakan fikiran siswa, sedangkan kebebasan apa pun wujudnya akan dapat mendorong terciptanya iklim pembelajaran ( learning climate) yang kondusif. ( Akhmad Sapari, Pendidikan dan Sensitivitas Guru Kreatif )
It is important to make sure that my students in the future are compfortable in aou classroom comminity. I believe that they wil be able to learn better because they would not be so nervous, tense, and worried about other things and will be free to learn
( Eugenia Spilis,Joctl.Blogspot.com,17 Juli 2009)

Secara gamblang , Joyful Learning adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang multimodel, kontekstual, based on IT,musical, fun, zero anger and pressure dan enjoyable.
Joyful learning dalam penelitian ini menggunakan perangkat IT ( Infirmation
Technology) berupa Laptop dengan infocus/LCD melalui sofware power point dengan
Background yang colorful dan selipan musik pada tayangan tayangan yang dirasa akan membantu dalam pengkondisian suasana kelas yang tidak tegang. Landasan ini diambil dari sebuah cuplikan kajian ilmiah :

Pemanfaatan teknologi komputer dan internet dalam sekolah atau kelas membawa perubahan pula pada pendekatan mengajar dan belajar Matematika. Dalam memanfaatkan hasil inovasi tersebut , pembelajaran dapat dibuat menjadi jauh lebih menarik, efektif, dan efisien jika dirancang dengan baik .
( Farida Nurhasah, Hasanahword.wordpress.com, 17 Juli 2009 )

Pendidikan merupakan proses yang sistemik, setiap komponen berada di dalamnya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan saling berkaitan (interdependensi). Tetapi inti dari proses pendidikan secara keselurah adalah bagaimana terjadinya proses pembelajaran yang effektif, baik didalam kelas maupun di luar kelas. Terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan dan memberdayakan siswa adalah merupakan hal yang sangat mendasar. Ketika siswa senang dan nyaman belajar serta tergali seluruh potensinya, maka pribadinya akan teraktualisasikan dengan optimal. Masalahnya adalah, bagaimana menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan (enjoyful), dan mampu menggali potensi serta memberdayakannya.
( Rustana Adhi, Pembelajaran yang menyenangkan dan memberdayakan ,)


3. Penilaian Hasil Belajar

Akhmad Sudrajad, membedakan pengertian dari Evaluasi, Pengukuran , Tes,
8
dan Penilaian ( Assesment).
Evaluasi adalah identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah
direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dapat juga untuk
melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya.
Evaluasi berhubungan dengan nilai ( value judgment). Stufflebeam,
mengemukakan :
Educational evaluation is the precess of deliminating,obstaining , anf providing
Useful information for judging decition alternatif.

Pengukuran ( measurment) adalah proses pemberian angka atau usaha
memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan dimana seorang peserta didik
telah mencapai karakteristik tertentu.
Penilaian ( Assesment) adalah penerapan berbagai cara dan menggunakan
berbagai alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil
belajar peserta didik tau ketercapaian kompetensi peserta didik.
Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif, dan nilai kuantitatif.
Penilaian Kualitatif dinyatakan dalam kata-kata, sedangkan penilaian kuantitatif
dinyatakan dalam angka.

Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada peserta
didik pada waktu dan tempat tertentu serta kondisi yang memenuhi syarat-syarat
tertentu yang jelas.
Dalam konteks pembelajaran di kelas, Penilaian dilakukan untuk mengetahui
kemajuan dan hasil belajar peserta didik , mendiagnosis kesulitan belajar,
memberikan umpan balik,dan penentuan kenaikan kelas.
Tujuan penilaian adalah untuk grading, seleksi, mengetahui tingkat penguasaan
kompetensi, bimbingan, diagnosa , dan prediksi.
Ada dua pendekatan yang digunakan dalam melakukan penilaian hasil belajar,
yaitu :
- Norm referenced assesment, dan
- Criterion referenced assesment

( Akhmad Sudrajat Wordpress.com/Penilaian dan Pengawasan Proses




3. Motivasi Belajar

Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme- baik manusia ataupun hewan- yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu.. dalam pengertian ini motivasi berarti pemasok daya (energize) untuk bertingkah laku secara terarah.(Geleitman, 1986, reber, 1988, dalam syah, 1995, 236).


9
Nasution (1992) mengungkapkan motivasi belajar, yaitu kondisi pisikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Sedangkan nurhayati (1999, dalam maulana, 2002a) berpendapat bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan atau usaha untuk menciptakan situasi, kondisi, dan aktifitas belajar, karena mendorong adanya kebutuhan untuk mencapai tujuan belajar.
Dari beberapa pendapat di muka, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan dari dalam diri individu untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi dapat dijadikan sebagai dasar penafsiran, penjelasan, dan penaksiran prilaku. Adanya motivasi karena seseorang merasakan adanya dorongan kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu.


4. Teknologi Informasi Komunikasi

Menurut Eric Deeson ,Harper Collins Publisher , Dictionary of Information Technologi, Glsgow,UK,1991:

“Information Technology (IT) the handling of information by electric ( and microelectronic means” Here handling inclides transfer, processing, storage and acces. IT
Special concern being the use of hardware for these task for the benefit of individual and social as whole” Dari penjelsasan di atas: kebutuhan manusia didalam mengambil dan memindahkan, mengolah dan memproses informasi dalam konteks social yang menguntungkan diri sendiri dan masyarakat keseluruhan.

Information technology in the Nastional Curriculum, England and Wale, 1995
“Information technology (IT) is characterized by an ability to use effectivelyIT tool an information source to analyse, processand present information and to model , measure
And control external . This involve :
1. Using information sources and IT tools to solve problem;
2. Using it tools and information source, such as computer system anf software packages, to supportlearning in variety content;
3. Understanding the implication of IT for working life and siciaty, pupils should be given opportunities, where appropriate, to develop and apply their IT capabilityin their study of National Curriculum subjects”
Dari penjelasan di atas : nampaknya terdapat acuan kemampuan TIK yang hendak dicapai dan sistem nilai dalam bekerja pada kehidupan sehari-hari yang hendak dibelajarkan, seperti nilai yang perlu dikembangkan dalam suatu sistem masyarakat berkenaan dengan kemampuan TIK.
Menurut Puskur Diknas :
Teknology Informasi dan Komunikasi (TIK) mencakup dua aspek, yaitu Teknologio Informasi dan teknologi Komunikasi. Teknologi Informasi adalah meliputi segala hal yang berkaitan denagn proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Teknologi komunikasi adalah segala hal yang berkaitan dengan




10
penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat satu ke perangkat lainnya.( duniatik.blogspot.com/2008/02/pengertian TIK, 22 Juli 2009)

Menurut pemanfaatannya TIK di dalam pendidikan dapat dikategorikan menjadi empat kelompok :

1. TIK sebagai gidang ilmu pengetahuan.

2. TIK sebagai alat Bantu pembelajaran. Di dalam kelompok ini sekurang-kurangnya ada
tiga fungsi TIK yang dapat dimanfaatkan sehari-hari di dalam proses belajar-mengajar,
yaitu :
a. TIK sebagai alat bantu guru yang meliputi animasi, peristiwa, alat uji siswa,
sumber referensi, evaluasi kinerja siswa, alat peraga visual, dan media komunikasi
antar guru;
b. TIK sebagai alat bantu interaksi guru-siwa yang meliputi :komunikasiguru-siswa,
kolaborasi kolompok studi, dan manajeman kelas terpadu.:
c. TIK sebagai alat bantu siswa meliputi: buku interaktif, belajar mandiri, latihan soal,
media ilustrasi, simulasi pelajaran, alat karya siswa, dan media komunikasi antar
siswa:

3. TIK sebagai fasilitas belajar .
(UNHALU AC.ID/STAFF/22 Juki 2009 )

5. Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi
Sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lainnya seperti Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, Jhon Elliot, Dave Ebbutt dan sebagainya ( Zainal Aqib, 2006, hal. 87).
Menurut Jhon Elliot, PTK adalah kajian situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya.

Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru di kelasnya atau bersama-sama orang lain ( kolaborasi ) dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan tersebut secara kolaboratif dan partisipatif untuk tujuan memperbaiki serta meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu treatment tertentu dalam suatu siklus (Zueweni, 2008, Hal. 11).

PTK lebih bersifat pragmatis dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1. Pengkajian masalah situasional dan kontekstual pada pelaksanaan praktek
pembelajaran di dalam kelas ;
2. Ada tindakan yang dilakukan;
11


3. Penelaahan terhadap tindakan;
4. Pengkajian dampak tindakan;
5. Dilakukan secara kolaboratif;
6. Refleksi.
( Herman Budiyono, dkk,2007,hal 3-4 )


Bagi guru yang ingin mendapat tulisan PTK lengkapnya,silakan hubungi E-mail saya:
hudaya69@yahoo.co.id